Minggu, 24 Mei 2015

Stress sama Ushul Fiqih



                Ketemu lagi denganku di blog yang ga terlalu penting ini. Hari ini aku depresi banget ngadepin UKK Matematika dan Ushul Fiqih. Sebenernya UKK Matematika ngga terlalu menyulitkanku hari ini, bahkan agak menyenangkan, lancar mengisi serasa kayak orang jenius seperti di manga-manga yang biasa aku baca. Yang membuatku kesulitan hari ini adalah ngadepin UKK mata pelajaran Ushul Fiqih.

                Hm, mungkin ini salah aku juga yang memang sengaja gak buka buku mapel Ushul Fiqih, tapi aku yakin walaupun belajar sekeras apapun tetep aja nilainya anjlok luar binase! Huft, sabar, sabar, gak boleh menyerah dulu. Dari kemaren aku fokus ke matematika dari jam setengah 5 sore sampai menjelang tidur, bahkan saat bangun sebelum subuh pun aku masih gamau move on ke mapel Ushul Fiqih.

                Seperti di UTS sebelumnya, soal pelajaran Ushul Fiqih disajikan berupa essay. Diulangi, ESSAY. Dieja, E-S-S-A-Y! Oke, ini lebay, tapi aku paling males yang namanya soal berupa essay. Masih menyenangkan kalau aku ngadepin soal-soal berbentuk pilihan ganda, bisa menggunakan insting bahkan SILANG INDAAAAAHHHH. Dan yang lebih parahnya lagi, soal ini dalam bentuk BAHASA ARAB, semuanya, tanpa ada bahasa Indonesia sedikitpun di dalamnya! Padahal dulu MTs (SMP) ada pelajaran semacam ini, bahkan pelajaran fiqih sekalipun. Tapi, tetep aja aku lemah banget sama pelajaran ini.

                “Mba, di kelas 5 (2 SMA), ada mapel Ushul Fiqih ga?”

                Mba-nya cuma geleng-geleng, dia bilang GAK ADA secara gak langsung! Aku berharap kelas 5 gak ada mapel ini, yaa Allah.

                Sekitar 15 menit sebelum masuk ke kelas, aku bersusah payah menghapal beberapa bagian di buku Ushul Fiqih. Tapi masalah (yang agak besar menurutku) datang dan aku bingung harus berbuat apa selain diam dan memikirkan sesuatu yang jauh dari pemikiran manusia biasa(?). Hm, di cerita ini aku dianggap sebagai manusia luar bi(n)asa :v Aku lupa di buku Ushul Fiqih isinya BAHASA ARAB semuanya! Yaa Rabbana, rasanya pengen nangis karena gak kuat. Akhirnya aku bisa menghapal 2 pengertian dari banyak pengertian dalam 10 halaman di buku itu. Haahh!!

                Saat mengisi soal, aku pengen ke kamar mandi. Sekali lagi, karena ga kuat. Sayangnya gak jadi. Aku paling lemah ngadepin hal semacam ini. Untungnya ada soal yang bisa aku jawab, sialnya yang bisa aku jawab itu cuma SATU SOAL dari SEPULUH SOAL. Ya, sebenarnya sih gapapa, karena ini merupakan prestasi terbaik yang pernah aku lakukan selama menghadapi soal-soal Ushul Fiqih. Kalau soal di semester 1, aku masih bisa menjawabnya karena masih ada pilihan gandanya, setidaknya aku terbantu dibagian itu. Waktu udah masuk semester 2, rasanya gak kuat lagi sampai aku mengharuskan diri untuk melambaikan tangan ke kamera(?). Yang tadi abaikan saja.

                Beberapa menit berlalu, temen-temen di kelas udah tumbang semua karena mengantuk. Bahkan guru pengawas juga ngantuk sehingga ‘menyempatkan diri’ untuk menutup mata sejenak. Aku bener-bener gak bisa tidur, padahal kepengen banget tidur, ini semua karena memikirkan Ushul Fiqih, hanya Ushul Fiqih sesuatu (karena seorang udah mainstream). Waktu berjalan terasa lambat, saking lambatnya sampai-sampai aku menggambar di kertas coretan bekas mapel matematika tadi, menunggu bel tanda 30 menit sebelum habis waktu.

                Saat bel berbunyi, semuanya langsung “HAAAHHH!!”, menghela napas sekuat-kuatnya. Ternyata efek pelajaran ini membuat kita menghela napas sekuat-kuatnya. Meskipun begitu, jujur aku udah lega banget karena udah melewati masa-masa yang cukup menegangkan ini. Aku udah OPTIMIS bahwa nanti aku BAKAL REMIDI. Terserah sajalah.

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar